Studi Modifikasi Kristal Sulfametoksazol

Feriyana, Ribka (1988) Studi Modifikasi Kristal Sulfametoksazol. [Undergraduate thesis]

[thumbnail of F_68_Abstrak.pdf]
Preview
PDF
F_68_Abstrak.pdf

Download (109kB) | Preview
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/151761

Abstract

Mulai abad ke XX banyak sekali penelitian yang membahas tentang hubungan antara sifat kimia fisika dari bahan obat ataupun sediaan farmasi terhadap efek terapinya. Perkembangan lebih lanjut dari ilmu tersebut menunjukkan bahwa umumnya aktifitas biologis dari suatu bahan obat sangat ditentukan oleh kadar obat dalam darah. sesar kecilnya kadar obat dalam darah tergantung pada jumlah obat yang terabsorpsi. Menurut Wagner(!} proses absorpsi akan terjadi setelah obat tersebut melarut dalam cairan saluran pencernaan. Oleh karena itu untuk bahan obat yang sukar larut maka proses absorpsinya sangat ditentukan oleh cepat atau lambatnya bahan obat tersebut larut dalam media/cairan biologik. Oengan perkataan lain kecepatan melarut dari bahan obat yang sukar larut merupakan tahap penentuan (rate limiting step) bagi kecepatan absorpsinya. Untuk menaikkan kecepatan melarut dari bahan obat yang sukar larut dapat dilakukan beberapa cara(2) : 1. Memperkecil ukuran partikel. Makin kecil ukuran partikel obat berarti makin besar luas permukaannya. Makin luas permukaan obat berarti makin besar area yang berhubungan dengan media dissolusi sehingga menyebabkan makin cepat melarutnya obat tersebut dan kecepatan absorpsinya juga meningkat. Berda- sarkan hal tersebut diatas, banyak formulator memproduksi obat dengan menggunakan bahan baku dalam bentuk mikronized powder. 2. Penggunaan bentuk garam. Garam natrium, kalium dan beberapa garam yang lain diketahui dapat meningkatkan kelarutan obat dalam air. Kerugian yang dijumpai adalah, karena beberapa garam dapat menyebabkan gangguan epigastric setelah pemakaian obat tersebut. 3. Bentuk kristal. Banyak bahan obat yang mempunyai bentuk kristal lebih dari satu. Sifat ini disebut polimorf. ~asing-masing bentuk polimorf berbeda pada sifat-sifat fisika dalam keadaan padat, misalnya kelarutan, suhu lebur, susunan kisi-kisi kristalnya. Oleh karena itu penggunaan polimorf yang tepat dapat meningkatkan bioavailabilitas obat( 3}. Sebagai contoh : a. Kloramphenikol palmitat mempunyai tiga bentuk kris~ tal dan satu bentuk amorf. Oalam percobaan menunjukkan polimorf 8 mempunyai kadar obat dalam darah hampir 10 kali lebih besar daripada bentuk polimorf A (4). b. Novobiosina mempunyai bentuk amorf dan bentuk kris- · tal. Bentuk amorf diabsorpsi lebih cepat dan dapat memberikan efek terapi, sedangkan bentuk kristal tidak dapat diabsorpsi(3). c. meti1 predniso1on mempunyai dua bentuk po1imorf, dimana bentuk II ke1arutannya 1,2 ka1i 1ebih besar daripada bentuk I dan kecepatan absorpsinya 1,7 kali 1ebih tinggi dari bentuk 1(3}. Tertarik pada permasalahan diatas, maka dalam tugas akhir ini ingin di1akukan penelitian terhadap modifikasi krista1 dari sulfametoksazol. sulfametoksazol digunakan sebagai bahan penelitian karena : - Su1fametoksazo1 termasuk sa1ah satu go1ongan sulfonamida yang saat ini banyak digunakan dalam pengobatan yang dikombinasi dengan trimetoprim berupa sediaan parenteral, suspensi dan tablet. sangat sukar larut dalam Menurut Farmakope Indonesia, sulfametoksazol praktis tidak larut dalam air. - Oari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa sulfametoksazol mempunyai tiga bentuk polimorf(S}. Menurut Shiu Shiang Yang & Guillory J.K., bentuk polimorf sulfametoksazol dihasilkan dengan cara rekristalisasi pelarut air pada pendinginan perlahan-lahan dan pendinginan mendadak aseton - es kering ; pelarut n- butanol, aseton, metanol pada pendinginan mendadak aseton - es ke~ ring(S). Bsk9a?arkan pada cara rekristalisasi tersebut diatas, masih dimungkinkan untuk mendapatkan modifikasi kristal yang baru dengan memodifikasi cara rekristalisasi shiu Shiang Yang & Guillory J.K. dan pendinginan mendadak dari peleburan. Kemudian masing-masing modifikasi kristal diidentifikasi karakterisasi fisikanya dengan menggunakan penentuan suhu lebur, OSC (Oifferential.Scanning Calorimetry), Spektrofotometri infra merah dan penentuan profil kelarutan. Karena keterbatasan fasilitas dan dana, maka identifikasi dengan difraksi sinar X tidak dapat dilakukan. Oari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh sejumlah modifikasi kristal dari sulfametoksazol dan bentuk metastabilnya yang mempunyai kelarutan yang lebih besar dari bentuk semula.

Item Type: Undergraduate thesis
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy
Depositing User: Lasi 193031
Date Deposited: 28 Apr 2014 08:16
Last Modified: 20 Jan 2016 05:06
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/12187

Actions (login required)

View Item View Item