Meilissa, Gita (2007) Pola Penggunaan Analgesik pada Pasien Closed dan Opened Fraktur yang Menjalani Bedah Ortopedi dan Rawat Inap di Rumah Sakit Pertamina Balikpapan Periode Januari 2006-Januari 2007. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
F_2360_Abstrak.pdf Download (38kB) | Preview |
Abstract
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien bedah ortopedi yang menjalani tindakan operasi berupa ORIF di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Balikpapan bulan Januari 2006-Januari 2007 sebanyak 60 data rekam medis yang telah memenuhi kriteria inklusi, dapat diketahui pola penggunaan analgesik pada pasien bedah ortopedi yang menjalani tindakan operasi berupa ORIF. Berdasarkan jenis analgesik, yang sering digunakan pada pasien sebagai premedikasi tindakan ORIF adalah golongan Fentanyl(Opioid) yaitu sebanyak 11 pasien (18,33%). Sedangkan jenis analgesik yang sering digunakan pada pasien yang telah menjalani ORIF adalah Tramadol HCl(Opioid) sebanyak 42 pasien (38,53%). Setelah pasien menjalani ORIF, perlu diberikan analgesik untuk mengatasi nyeri post operasi dan berdasarkan jenis pengobatan, dapat dilihat bahwa jenis analgesik tunggal yang sering diberikan pasien setelah menjalani ORIF adalah Tramadol HCl (Opioid) sebanyak 18 pasien (30,521%). Pada pemberian analgesik kombinasi, dapat dilihat bahwa jenis analgesik kombinasi yang sering digunakan pada pasien setelah menjalani ORIF untuk mengatasi nyeri yaitu Ketorolac tromethamine (NSAID) + Tramadol HCl(Opioid) sebanyak 5 pasien (8,47%). Pada premedikasi, analgesik yang banyak diberikan adalah analgesik yang hanya bekerja di sentral (Opioid), sedangkan analgesik yang banyak diberikan setelah operasi (berupa analgesik tunggal) adalah analgesik yang bekerja di sentral (Opioid). Pada pemberian analgesik kombinasi, yang sering diberikan adalah analgesik yang bekerja di sentral dan di perifer (kombinasi) yaitu NSAID + Opioid. Lama perawatan / pengobatan pada pasien sebelum dan sesudah menjalani ORIF dan manjalani rawat inap yang paling banyak adalah 1-5 hari sebanyak 44 pasien (73,33%). Yaitu hampir sebagian besar pasien. Berdasarkan pengamatan secara umum, rute pemberian yang paling banyak diberikan baik pada premedikasi (sebelum operasi) maupun setelah menjalani ORIF adalah intravena dengan bentuk sediaan injeksi. Jenis kelamin yang paling banyak menjalani ORIF adalah laki-laki yaitu sebanyak 40 pasien (66,67%) sedangkan perempuan sebanyak 20 pasien (33,33%). ORIF sering dilakukan pada Close Fraktur yaitu sebanyak 45 pasien (75%) sedangkan Open Fraktur sebanyak 15 pasien (25%). Secara keseluruhan, kelompok usia yang paling banyak menjalani ORIF baik untuk Closed maupun Opened Fraktur adalah kelompok dewasa dengan usia >18-65 tahun sebayak 39 pasien (65%). Pemberian analgesik berdasarkan dari pengalaman dokter dan tingkat nyeri yang dialami pasien. Pemberian analgesik tunggal berupa NSAID post operasi seperti Parasetamol kurang tepat, karena tidak mampu mengatasi nyeri yang muncul post operasi dimana nyeri yang muncul adalah sedang sampai berat. Kecuali NSAID generasi terbaru, seperti Keterolac Tromethamin yang memiliki efek analgesik yang hampir sama dengan Opioid. Namun, analgesik (NSAID) yang diberikan tetap mengacu pada tingkat nyeri yang dialami pasien.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | 1 |
Subjects: | R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
Divisions: | Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy |
Depositing User: | Lasi 193031 |
Date Deposited: | 06 May 2014 07:22 |
Last Modified: | 06 May 2014 07:22 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/13167 |
Actions (login required)
View Item |