Perbandingan Efektivitas Fluorokuinolon dan Sefalosporin pada Terapi Demam Tifoid di RSU Haji Surabaya

., Yunitasari. (2011) Perbandingan Efektivitas Fluorokuinolon dan Sefalosporin pada Terapi Demam Tifoid di RSU Haji Surabaya. Masters thesis, University of Surabaya.

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/226450

Abstract

Beberapa penelitian menunjukkan derivat fluorokuinolon, sefalosporin dan azitromisin dengan pemberian selama 7 hari atau lebih memberikan hasil yang efektif untuk terapi demam tifoid.7 Adapun kriteria penting untuk menyeleksi antibiotika lini pertama yang digunakan di negara berkembang adalah efektivitas, ketersediaan dan harga.12 Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait efektivitas fluorokuinolon dan sefalosporin pada terapi demam tifoid di RSU Haji Surabaya. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efektivitas fluorokuinolon dan sefalosporin pada terapi demam tifoid uncomplicated dengan membandingkan lama demam, kegagalan klinis, efek samping obat, lama tinggal di rumah sakit, kambuh (relaps). Metode penelitian eksperimental yang dilakukan secara prospektif dengan desain penelitian observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien demam tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Subyek pada penelitian ini adalah pasien demam tifoid dengan usia ≥ 18 tahun dan Ig M Salmonella typhi positif. Dari 31 pasien demam tifoid yang memenuhi kriteri inklusi hanya 22 pasien yang dengan diagnosa TUBEX dinyatakan positif demam tifoid. Dari 22 pasien kemudian 11 pasien diterapi dengan Siprofloksasin 400 mg IV 2 kali sehari dan 11 pasien diterapi dengan Seftriakson 1 g IV 2 kali sehari. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa lama demam pada kelompok Siprofloksasin lebih singkat secara bermakna daripada kelompok Seftriakson. Penggunaan Siprofloksasin dalam mereduksi kegagalan klinis lebih baik daripada penggunaan seftriakson. Efek samping obat lebih sering muncul pada kelompok Seftriakson. Tidak terdapat perbedaan bermakna lama tinggal di RS antara kelompok terapi Siprofloksasin dan kelompok terapi Seftriakson. Tidak terdapat kejadian kambuh pada kedua kelompok terapi baik kelompok Siprofloksasin maupun Seftriakson.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Uncomplicated, Relaps, Salmonella Typhi
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Postgraduate Programs > Master Program in Clinical Pharmacy
Depositing User: Eko Wahyudi 197013
Date Deposited: 22 May 2014 08:14
Last Modified: 22 May 2014 08:14
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/15133

Actions (login required)

View Item View Item