., Shierly (1996) Penerapan Non Financial Performance Measures Sebagai Informasi Bagi Manajemen Dalam Rangka Pengukuran Kinerja Pada PT. X Di Pasuruan. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
Ak_575_Abstrak.pdf Download (99kB) | Preview |
Abstract
Perkembangan ekonomi yang semakin pesat dewasa ini, ditandai dengan didirikannya World Trade Organization pada tanggal 1 Januari 1995 sebagai pengganti GATT dan GATS yang berfungsi sebagai pengatur perdagangan internasional yang bebas dan non protektif. Sejalan dengan keadaann yang ada, maka badan usaha harus berusaha menunjukkan ketangguhannya melalui kinerja yang telah dicapai. Keberhasilan kinerja suatu badan usaha selama ini cenderung mengandalkan basil pengukuran secara finansial, seperti misalnya tingkat laba, tingkat penjualan dan sebagainya. Padahal pengukuran non finansial cukup penting, karena memberikan informasi yang lebih terinci atas proses yang sedang berlangsung dan dapat menjelaskan kelemahan atau kekurangan yang terjadi dalam operasi badan usaha. Kinerja yang buruk pada operasi badan usaha tidak akan tampak pada pengukuran finansial, oleh sebab itu informasi yang tepat waktu dapat memberikan feedback yang akurat supaya kegiatan dalam produksi lebih efektif dan efisien. Pengukuran kinerja non finansial merupakan pengukuran secara fisik pada tingkat operasi badan usaha. Dimana dalam skripsi ini akan dilakukan pengukuran kinerja terhadap sediaan, cycle time dan kinerja mesin. Badan usaha menggunakan berbagai jenis bahan baku dalam proses produksi, namun yang dibahas disini hanya 3 jenis bahan baku yang sering digunakan. Dari ke 3 jenis tersebut, hanya 1 yang menunjukkan kinerja yang baik dengan tingkat perputaran sediaan yang tinggi, yang berarti sediaan yang tinggi, yang berarti sediaan tidak pernah disimpan terlalu lama. Jenis yang lain yaitu benang rayon dan cotton menunjukkan tingkat perputaran sediaan yang rendah, terutama benang cotton justru disimpan dalam jumlah banyak. Pengukuran kinerja cycle time badan usaha, dilakukan sebagai usaha untuk menekan bahkan menghilangkan non value added time pada penggunaan waktu produksi indikator yang digunakan adalah MCE. Perhitungannya diperoleh dengan membandingkan value added time dengan keseluruhan waktu yang terpakai selama proses produksi berlangsung. MCE dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat non value added time, semakin MCE mendekati angka 1 itu berarti bahwa pemakaian waktu non value added semakin kecil dalam cycle badan usaha. Selama ini pengukuran cycle time dengan indikator MCE berkisar antara 0,6666-0,8889, hal ini menunjukkan bahwa ± 35% penggunaan waktu belum efisien. Pemakaian mesin yang tidak maksimum menyebabkan proses produksi berjalan kurang optimal dan ini disebabkan karena dari informasi pengukuran kinerja mesin didapatkan data bahwa rata-rata pemakaian mesin yang ada setiap bulannya menunjukkan angka ±75%, hal ini berarti bahwa sekitar 25% mesin tidak digunakan atau mesin dalam keadaan menganggur. Dapat disimpulkan bahwa kinerja operasi badan usaha memerlukan perbaikan-perbaikan dan perlunya dibuat laporan kinerja operasional secara rutin agar kekurangan yang terjadi dapat segera diatasi dan dideteksi sesegera mungkin. Untuk melakukan perbaikkan tersebut, maka badan usaha perlu mengadakan koordinasi secara menyeluruh atas pengadaan dan pemakaian jumlah bahan baku, berusaha mengurangi bahkan menekan waktu yang tidak menambah nilai dari suatu produk seminimum mungkin serta penggunaan mesin secara maksimum perlu dilakukan agar dapat mencapai kapasitas maksimum.
| Item Type: | Undergraduate thesis |
|---|---|
| Subjects: | H Social Sciences > HF Commerce > HF5601 Accounting |
| Divisions: | Faculty of Business and Economic > Department of Accounting |
| Depositing User: | Masyhur 196042 |
| Date Deposited: | 17 Jun 2014 00:39 |
| Last Modified: | 15 Jul 2014 07:49 |
| URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/16741 |
Actions (login required)
 |
View Item |
