Perbedaan Inferiority Feeling Antara Penyandang Cacat Tubuh Bawaan Dan Cacat Tubuh Sesudah Lahir Pada Remaja Di Jakarta Selatan.

Avianti, Lisa (1996) Perbedaan Inferiority Feeling Antara Penyandang Cacat Tubuh Bawaan Dan Cacat Tubuh Sesudah Lahir Pada Remaja Di Jakarta Selatan. [Undergraduate thesis]

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/143538

Abstract

cacat tubuh merupakan faktor yang mempengaruhi timbulnya interiority feelings. Dukungan orangtua dalam si tuasi ini diperlukan yai tu mendorong mereka supaya bercita-cita lebih realistis. Menurut Hurlock, E.B. 1 (1991), cacat tubuh membuat rema ja merasa inferior. Tingginya nilai sosial terhadap daya tarik fisik menyebabkan cacat tubuh merupakan sumber yang memalukan dan mengakibatkan inferiority feelings pada remaja. Maramis, W.F.,(1992) mengatakan bahwa anak yang menderita cacat bawaan umumnya lebih dapat menerima dirinya dibandingkan dengan anak yang cacat sesudah lahir , karena sejak lahir mereka tidak pernah merasakan bagaimana jika memiliki anggota tubuh yang normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan inferiority feelings antara penyandang cacat tubuh bawaan dan cacat tubuh sesudah lahir pada remaja di Jakarta Selatan. Populasi penelitian ini adalah remaja penyandang cacat tubuh di Jakarta Selatan. Teknik samplingnya yaitu incidental , dan sampel yang diperoleh berjumlah 108 subyek terdiri dari 54 penyandang cacat bawaan dan 54 penyandang cacat sesudah lahir yang tergolong cacat tubuh ringan dan sedang. Data diukur dengan 2 angket, yaitu angket inferiority feelings yang terdiri dari 50 aitem dan angket Dukungan orangtua terdiri dari 18 aitem. Analisis datanya Anakova Rambang Lugas dengan 1 Kovariabel dan diperoleh hasil bahwa ada perbedaan inferiority feelings yang sangat meyakinkan antara penyandang cacat tubuh bawaan dan sesudah lahir pada remaja di Jakarta Selatan (FoA=162 1 250 dengan p=O,OOO). Inferiority feelings penyandang cacat sesudah lahir lebih tinggi dibanding penyandang cacat bawaan (Y' cacat bawaan=102 1 643 dan Y' cacat sesudah lahir=162,560} 1 karena penyandang cacat sesudah lahir mengalami perubahan bentuk tubuh secara tiba-tiba, sehingga lebih sulit beradaptasi dari kondisi normal menjadi cacat tubuh. Sebagai hasil tambahan, dari Analisis Regresi Umum diperoleh basil bahwa tidak ada hubungan an tara dukungan orangtua dengan inferiority feelings ( r xy= - 0,156 dengan p=O, 104 ) 1 dimana peranan dukungan orangtua sangat kecil yaitu 2 1 4 %. Variabel yang belum dikontrol yaitu kualitas dukungan sosial, status pekerjaan dan lama menderita cacat tubuh.

Item Type: Undergraduate thesis
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
Divisions: Faculty of Psychology > Department of Psychology
Depositing User: Sugiarto
Date Deposited: 04 Dec 2012 07:25
Last Modified: 28 Sep 2020 14:47
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/1861

Actions (login required)

View Item View Item