Pola Penggunaan Antimikroba pada Pasien Neonatus dengan Diagnosis Sepsis Neonatorum yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Katolik ST. Vincentius A Paulo Surabaya pada Tahun 2000 - 2003

Hartanto, Yani Kartikasari (2004) Pola Penggunaan Antimikroba pada Pasien Neonatus dengan Diagnosis Sepsis Neonatorum yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Katolik ST. Vincentius A Paulo Surabaya pada Tahun 2000 - 2003. [Undergraduate thesis]

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/150327

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai pola penggunaan antimikroba pada pasien sepsis neonatorum yang menjalani rawat inap di RSK St. Vincentius A Paulo, Surabaya pada tahun 2000-2003. Berdasarkan data rekam medis dan hasil laboratorium pasien sepsis neoantorum, diperoleh 66 kasus pasien yang memenuhi diagnosis sepsis neonatorum. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah kriteria neonatus, kriteria usia neonatus dalam kandungan ibu, kriteria sepsis neonatorum, jenis kelamin, berat badan, penyakit penyerta, golongan dan jenis antimikroba, jenis pengobatan tunggal atau majemuk, jenis kuman patogen, derajat kesesuaian pemberian antimikroba, lama perawatan pasien di rumah sakit dan hasil perawatan pasien di rumah sakit. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Golongan antimikroba tunggal yang paling banyak digunakan adalah sefalosporin (58,2%), sedangkan jenis antimikroba tunggal yang paling banyak digunakan adalah ampisilin (28% ). Golongan antimikroba majemuk yang paling banyak digunakan adalah sefalosporin-penisilin (34,4%) sedangkan jenis antimikroba majemuk yang paling banyak digunakan adalah seftazidim-ampisilin ( 15,1% ). Jenis pengobatan yang paling banyak digunakan adalah jenis pengobatan tunggal (55,8%). Rata-rata lama penggunaan antimikroba tunggal tiap pasien adalah 4,64 hari dan antimikroba majemuk tiap pasien adalah 3,77 hari. Pemeriksaan terhadap kultur darah pasien sepsis neonatorum seringkali tidak/belum dilakukan (82% ). Pada pasien sepsis neonatorum yang kultur darahnya diperiksa, ada yang hasil kulturnya positif (ditemukan kuman patogen), yaitu sebanyak 6%, ada pula yang hasil kulturnya negatif (tidak ditemukan kuman patogen), yaitu sebanyak 12%. Pada hasil kultur darah yang positif, ditemukan bakteri gram-positif (Staphylococcus aureus) sebanyak 3,0%, bakteri gram-positif - bakteri gram negatif (Streptococcus hemolytic-Serratia liquefescens) sebanyak 1,5% dan bakteri gram-positif-jamur (Staphylococcus aureus-jamur) sebanyak 1,5%. Pemberian antimikroba tunggal yang belum/tidak dilakukan uji kepekaan kuman terhadap antimikroba tunggal tersebut sebanyak 72,8%, pemberian antimikroba tunggal sebelum hasil uji kepekaan kuman yang sesuai karena hasilnya sensitif sebanyak 9, 1%, pemberian antimikroba tunggal yang tidak sesuai dengan hasil uji kepekaan kuman karena hasilnya resisten sebanyak 18,2%. Pemberian antimikroba majemuk yang belum/tidak dilakukan uji kepekaan kuman terhadap antimikroba majemuk tersebut sebanyak 65,4% dan pemberian antimikroba majemuk dimana pemberian antimikroba pertama sesuai dengan uji kepekaan kuman karena hasilnya sensitif dan pemberian antimikroba kedua belum/tidak dilakukan uji kepekaan kuman terhadap antimikroba majemuk tersebut sebanyak 13,0%.

Item Type: Undergraduate thesis
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy
Depositing User: Karyono
Date Deposited: 14 Apr 2015 07:02
Last Modified: 14 Apr 2015 07:02
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/23959

Actions (login required)

View Item View Item