Pola Penggunaan Antimikroba Pada Penderita Demam Tifoid yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya Pada Bulan Januari 2003 Sampai Juni 2003

Yiannis, Mellissa (2004) Pola Penggunaan Antimikroba Pada Penderita Demam Tifoid yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya Pada Bulan Januari 2003 Sampai Juni 2003. [Undergraduate thesis]

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/150261

Abstract

Telah dilakukan penelitian deskriptif mengenai pola penggunaan antimikroba pada penderita demam tifoid yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya pada bulan Januari 2003 sampai Juni 2003. Berdasarkan data rekam medis dan hasil pemeriksaan laboratorium penderita demam tifoid, diperoleh 149 penderita dengan diagnosis utama akhir demam tifoid. Parameter-parameter yang terdapat dalam penelitian ini adalah kriteria penderita demam tifoid, usia, jenis kelamin, penyakit penyerta, golongan dan jenis antimikroba, jenis pengobatan (tunggal atau majemuk) dan lama perawatan penderita di rumah sakit. Berdasarkan pengolahan data secara deskriptif diperoleh hasil sebagai berikut: kelompok usia yang paling banyak menderita demam tifoid adalah kelompok usia 25-<45 tahun (32,88%). Penderita dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak terkena demam tifoid (69, 13%). Penyakit penyerta yang paling sering dijumpai pada penderita demam tifoid adalah golongan penyakit/kelainan pada sistem saluran cerna ( 19,23% ), hati (19,23%), dan sistem urogenital (19,23%). Golongan antimikroba tunggal yang paling sering digunakan ialah antibakteri lain (33,33%), kuinolon (29,33%) dan sefalosporin (20,67%). Sedangkan jenis antimikroba tunggal yang paling sering digunakan adalah kloramfenikol (23,33%). Golongan antimikroba majemuk yang paling sering digunakan ialah sefalosporin-kuinolon ( 14,7 4% ), kuinolon antibakteri lain ( 12,63%) dan antibakteri lain-antibakteri lain ( 11,58% ). Sedangkan jenis antimikroba majemuk yang paling sering digunakan adalah ampisilin-siprofloksasin (9,47%) dan seftriakson-siprofloksasin (6,32%). Jenis pengobatan yang paling banyak digunakan ialah jenis pengobatan tunggal (61,22%). Selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya, penderita tidak selalu mendapatkan pengobatan tunggal saja atau pengobatan majemuk saja. Tetapi, penderita dapat memperoleh pengobatan tunggal selama beberapa hari kemudian dilanjutkan dengan pengobatan majemuk atau sebaliknya. Rata-rata lama perawatan penderita demam tifoid di rumah sakit adalah 6,06 hari.

Item Type: Undergraduate thesis
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy
Depositing User: Karyono
Date Deposited: 14 Apr 2015 07:14
Last Modified: 14 Apr 2015 07:14
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/23962

Actions (login required)

View Item View Item