Pola Penggunaan Obat pada Penderita Infark Miokard Akut dengan St Elevasi yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya Selama Tahun 2004

Nugroho, Natalia (2006) Pola Penggunaan Obat pada Penderita Infark Miokard Akut dengan St Elevasi yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya Selama Tahun 2004. [Undergraduate thesis]

Full text not available from this repository. (Request a copy)
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/149963

Abstract

Tujuan : mengetahui pola penggunaan obat pada penderita infark miokard akut dengan ST elevasi (STEMI) yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya selama tahun 2004. Metodologi : penelitian non eksperimental yang bersifat retrospektif Bahan : 61 data rekam medis penderita dengan diagnosa akhir utama STEMI Analisa Hasil : secara deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel dan gambar Hasil: Penderita STEMI jenis kelamin laki-laki sebanyak 81,97% dan perempuan sebanyak 18,03%. Golongan obat oral yang paling banyak diterima adalah antiplatelet (21,24%) jenis aspirin dosis 100 mg (49,18%). Golongan obat parenteral yang paling banyak diterima adalah antikoagulan (20,24%) jenis nadroparin dosis 60mg ( 45,90% ). Ditinjau dari kesesuaian jenis obat kardiovaskular dengan rekomendasi PERKI (2004), pemberian obat kardiovaskular yang sesuai dengan rekomendasi Sebanyak 79,69%. Ditinjau dari dosis berdasarkan PERKI (2004), The Renal Drug Handbook (2004), Drug Prescibing in Renal Failure (1999), Martindale: The Complete Drug Reference 34ed (2005), dan BNF 50ed (2005), pemberian obat kardiovaskular pada penderita STEMI dengan fungsi ginjal dan hati normal yang berada dalam rentang dosis sebanyak 93,55%. Pada penderita STEMI dengan gangguan ginjal, dosis obat kardiovaskular yang berada dalam rentang dosis sebanyak 89,77%. Obat kardiovaskular yang diterima penderita STEMI dengan gangguan hati, yang dosisnya harus diturunkan adalah diltiazem HCl, nadroparin, enoksaparin, dan valsartan. Sedangkan obat kardiovaskular yang diterima penderita STEMI dengan gangguan hati, yang tidak dianjurkan pada gangguan hati berat adalah aspirin, furosemid, klopidogrel, streptokinase, karvedilol, dan spironolakton. Penderita STEMI yang menerima streptokinase sebanyak 19 penderita. Waktu pemberian streptokinase paling banyak dalam waktu kurang dari 6 jam dari onset nyeri dada (kriteria: sangat bermanfaat) (63,16%). Kesimpulan : Berdasarkan rekomendasi PERKI, pemberian obat kardiovaskular yang sesuai dengan rekomendasi sebanyak 79,69%

Item Type: Undergraduate thesis
Uncontrolled Keywords: Infark Miokard Akut, IMA, Infark Miokard Akut dengan ST Elevasi, STEMI
Subjects: R Medicine > RS Pharmacy and materia medica
Divisions: Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy
Depositing User: Eko Wahyudi 197013
Date Deposited: 28 Apr 2015 06:29
Last Modified: 28 Apr 2015 06:29
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/24101

Actions (login required)

View Item View Item