Penerapan Konsep Pseudomicroprofit Center Dengan Pendapatan Analisis Value Chain Dalam Mendukung Pencapaian Strategi Cost Leadership Pada Matahari Plasa Tunjungan Surabaya

Goestaman, Imanuel (1997) Penerapan Konsep Pseudomicroprofit Center Dengan Pendapatan Analisis Value Chain Dalam Mendukung Pencapaian Strategi Cost Leadership Pada Matahari Plasa Tunjungan Surabaya. [Undergraduate thesis]

[thumbnail of AK_992_Abstrak.pdf]
Preview
PDF
AK_992_Abstrak.pdf

Download (134kB) | Preview
Official URL / DOI: http://digilib.ubaya.ac.id/pustaka.php/153888

Abstract

Kebijakan pemerintah dalam menurunkan tarif dan bea masuk produk·produk impor dari luar negeri, sebagai langkah dalam mempersiapkan Indonesia memasuki era perdagangan bebas pasca AFT A tahun 2003, menjadikan kondisi persaingan dalam negeri di senma sektor menjadi semakin meningkat. Dalam sektor perdagangan ritel (eceran), kebijakan pemerintah untuk melarang dibukanya outiBt badan usaha ritel berskala besar, di Dati n, memberikan dan1>ak pada semakin ketatnya tingkat persaingan di sektor perdagangan ritel, terutama di kota-kota besar. Surabaya sebagai salah satu sentra perdagangan Indonesia, memiliki tingkat persaingan pada sektor perdagangan ritel yang sangat ketat. Jumlah Surat Ijin Usaha Perdagangan (SRJP) bagi badan usaha baik. dalam skala kecil, menengah, dan besar, berdasarkan data dari Kantor Departemen Perdagangan Kotamadya SUrabaya, rata-rata bertambah 4.068 ijin usaha setiap tahumya dalam kurun waktu 1985-1995. Di sampin8 itu dengan semakin bertambah banyaknya bisnis waralaba (franchlss) asing dan cabang-cabang badan usaha dari luar negeri yang beroperasi di Surabaya, menjadikan situasi persaingan di kota ini menjadi semakin ketat. Petkembangan teknologi, terutama teknologi infonnasi saat ini, menjadikan konsumen di Indonesia, yang telah mencapai tingkat GOP di atas $ 1,027, memiliki banyak pilihan dan kekuatan untuk melakukan pengambilan putusan dalam membeli produk-produk yang diinginkan. Dalam situasi tersebut, badan usaha ldrususnya yang bergerak dalam sektor perdagangan ritel, harus memiliki kompetensi inti sebagai keunggulan bersaing, untuk mendukung pencapaian strategi bersaing dalam menghadapi situasi persaingan pasar. PT. Matahari Putra Prima, melalui Matahari Piasa Tunjungan, sebagai toko Matahari yang pertanul kali beroperasi di kota Surabaya, telah menerapkan teknologi dalam mendukung aktivitas operasionalnya. Dukungan teknologi tersebut menjadikan Matahari Piasa Tunjungan sebagai salah satu toko yang memiliki brand awarens.Js di benak masyarakat Surabaya. Namun orientasi terltadap penguasaan teknologi belum tentu menjamin peningkatan efisiensi dan efektivitas aktivitas operasional, yang menjadi syarat nrutlak bagi badan usaha untuk meJ18badapi persaingan dan memenangkannya. Kompetensi inti tidak hanya berupa penguasaan teknologi saja, melaink.an juga keahlian surnber daya manusia, sebagai pelaku aktivitas operasional sehari-hari. Dalam aktivitas Qperasional, setiap proses aktivitas ditujukan untuk. memberikan nilai (value) terhadap prQduk yang dihasilkan Dalam aktivitas operasional, setiap proses aktivitas ditujukan untuk memberikan nilai (va!Me) terbadap produk yang dibasilkan. Rangkaian proses aktivitas tersebut merupakan va!Ms chain yang menentukan keberhasilan suatu produk dalam menghadapi persaingan pasar. Untuk meningkatkan nilai dalam rangkaian proses aktivitas, sistem infonnasi manajemen yang didukung oleh teknologi berperan penting dalam menyediak.an infonnasi stratejik, bagi pihak internal badan usaha, untuk melakukan ak.tivitas perencanaan, implementasi, dan pengambilan putusan, selaras dengan strategi bersaing yang telah ditetapkan. Setiap ak.tivitas yang· dilakukan memicu timbulnya biaya, dalam hal ini sistem infonnasi manajemen biaya sebagai bagian integral dari seluruh sistem operasional berperan untuk menyediakan infonnasi bagi seluruh pelaku aktivitas dalam badan usaha. Untuk mewujudk.an badan usaha yang responsif dan fleksibel, dibutuhkan keterlibatan penuh dari seluruh sumber daya manusia yang dimiliki oleh badan usaha, dalam menggunakan informasi manajerial, untuk melakukan pengambilan putusan. Dalam hal ini, badan usaha tidak dapat lagi menerapkan pola manajemen top-down control, karena hanya akan menghambat fleksibilitas badan usaha untuk bersikap responsif dalam mengbadapi setiap perubahan yang terjadi. Pola manajemen bottom-up empowerment merupakan pola yang sesuai bagi badan usaha untuk bergerak dinamis setiap waktu, dengan mendelegasikan wewenang pengambilan putusan pada seluruh sumber daya manusia yang berhadapan langsung dengan konsumen dan ak.tivitas operasional sehari-hari. Untuk mema.nfaatkan kemampuan sumber daya manusia dan teknologi. seoptimal mungkin, sekaligus menjadikan badan usaha marnpu meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas operasional, dalarn mencapai keunggulan bersaing dalam jangka panjang. penerapan konsep pseudomicroprofu OBntsr merupak.an altematif yang tepat untuk menjawab kebutuhan badan usaha. Melalui p3ndomicroproftt OBnUir, badan usaha dapat menjadi badan usaha yang responsif dan fleksibel, dengan memanfaatkan jiwa kewinwsahaan surn9~- .. ~ya manusia, dalam melak.ukan seluruh ak.tivitas va!Me cltain. Di samping itu badan usaha dapat mendelegasikan wewenang pengambilan putusan, tanpa harus takut kehilangan kendaJi dan meleset dari pencapaian strategi bersains. Sehin8ga badan usaha tidak saja mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas aktivitas operasionalnya dalam mendukung pencapaian strategi bersaing. namun JUga mampu meningkatkan profitabilitas badan usaha secara keseluruhan.

Item Type: Undergraduate thesis
Subjects: H Social Sciences > HF Commerce > HF5601 Accounting
Divisions: Faculty of Business and Economic > Department of Accounting
Depositing User: Masyhur 196042
Date Deposited: 11 Dec 2015 09:58
Last Modified: 11 Dec 2015 09:58
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/26356

Actions (login required)

View Item View Item