Soetanto, Jenny (1988) Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Pada Proses Fermentasi Tetes Tebu Menjadi Asam Oksalat Oleh ASPERGILLUS NIGER. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
F_74_Abstrak.pdf Download (136kB) | Preview |
Abstract
Indonesia mempunyai sumber bahan alam yang banyak, terdiri dari sumber hayati dan non hayati. Salah satu sum ber hayati yang melimpah di tanah air kita adalah tanaman tebu, yang merupakan bahan dasar dalam industri gula. Disamping hasil utamanya gula tebu, tanaman tebu juga menghasilkan hasil samping, yaitu tetes tebti. Mengingat bahwa penanaman tebu dewasa ini lebih di intensifkan oleh pemerintah, maka kebutuhan pabrik akan bahan dasar pembuatan gula tidak mengalami kesulitan, sehingga diperkirakan hasil sampingnyapun akan meningkat. Meskipun didalam usaha memanfaatkan tetes tebu saat ini sudah dilakukan, yaitu dengan melalui proses fermentasi tetes tebu untuk membuat asam sitrat, etanol, asam cuka dan bumbu masak, tetapi hasil tetes tebu masih berlimpah, karena tetes tebu yang dihasilkan cukup besar, yaitu 2 3% dari jumlah tebu yang digiling ( 5 ). Berdasarkan data yang diperoleh dari 5 buah pabrik gula di Indonesia, rata rata tiap tahun dapat menghasilkan 300.000 sampai 320.000 ton tetes tebu. Sedang pernakaian dalam negeri masih terb~ tas pada seki tar 20 - 25%, an tara 75 - 800;b masih harus d_! eksport, terutama ke Jepang. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk mengadakan penelitian mengenai pendayagunaan hasil samping dari pabrik gula yang berupa tetes tebu. Didalam pembuatan asam sitrat dengan fermentasi tetes tebu, diperoleh pula asam oksalat sebagai hasil sam - pingnya. Seperti yang telah diketahui, asam oksalat ber - manfaat sebagai bahan reagensia dalam laboratorium kimia, bahan pembersih radiator motor, zat pemutih, juga untuk industri lilin, tekstil dan industri kulit dalam proses penyamakan. Dalam industri kimia lainnya, digunakan untuk. membuat rayon, selluloid, bahan warna, tinta, bahan kimia dalam fotografi, pemurnian gliserol. Di bidang obat-obat~ an dapat dipakai sebagai anti koagulan ( in vitro ) ( 6 ) . Melfhat begitu banyak manfaat dari asam oksalat, maka tidaklah mengherankan bila banyak orang selalu ber - usaha untuk mendapatkan asam oksalat dengan berbagai cara antara lain secara sint esis , fermentasi dan lain-lain ( 6' 14 ) . Secara mikrobiologi t elah ditemukan pembuatan asam oksalat yang efektif , yaitu seca r a fermentasi dengan merna kai bahan dasar tetes tebu. Mengingat yang berperan dalam produksi asam oksalat adalah gulanya dan kadar gula dalam tetes tebu masih sekitar 55 - ?0%, maka tetes tebu merup~ kan bahan baku yang cukup potensial untuk produksi as am oksalat seca~a besar-besaran. Disamping itu, ditinjau dari harga yang murah, maka secara ekonomi cara ini sangat menguntungkan ( 5 ). Wehmer pada tahun 1893 ( 14 ) menguraikan tentang pembuatan asam oksalat secara fermentasi dengan mengguna kan jamur. Berdasarkan penelitiannya, sejumlah besar jamur mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam oksalat antara lain Aspergillus niger, Aspergillus clavatus, Penicilliumluteum, Penicillium citrinum, Paecilomyces divaricatum, Mu cor piriformis, Ustulina vulgaris dan spesies lain dari Mu Currie pada tahun 1917 ( 14 ) menyatakan bahwa As - pergillus niger adalah jamur yang paling sesuai untuk pembuatan asam oksalat secara fermentasi. Menurutnya, fermentasi asam sitrat lazim dilakukan pada pH di bawah 2,20. Di katakan pula ( 3, 12 ) bahwa makin tinggi pH media fermentasi yaitu antara 2,00 - 5,50 dan dengan merubah jumlah g£ ram-garam anorganik ( 14 ) , maka produk utamanya akan beralih dari asam sitrat menjadi asam oksalat. Atas dasar hal tersebut di atas, timbullah permasalahan, apakah dengan adanya perubahan pH pada media fermen tasi dapat mempengaruhi hasil asam oksalat. Proses fermentas i dengan media tetes tebu, umumnya berlangsung s~lama 7 - 14 hari ( 14 ). Pada penelitian ini proses fermentasi dihentikan pada hari ke 10, dimana diharapkan sudah diperoleh asam oksalat yang optimum. Dari basil penelitian ( 14 ), dapat ditarik suatu hipotesis bahwa ada perbedaan jum1ah asam oksalat hasil fermentasi tetes tebu oleh Aspergillus niger apabila pH me dia ferm entasi diubah-ubah. Jika didapatkan bahwa pH berpengaruh terhadap hasil fermentasi, maka diharapkan pula dengan mengatur pH media pembiakan Aspergillus niger akan meningkatkan jumlah asam oksalat yang dihasilkan dan dapatlah kiranya menjadikan pe ningkatan nilai hasil-hasil samping pada umumnya.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
Divisions: | Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy |
Depositing User: | Masyhur 196042 |
Date Deposited: | 20 Jan 2016 07:07 |
Last Modified: | 20 Jan 2016 07:07 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/26539 |
Actions (login required)
View Item |