Tumeleng, Katherien (2007) Pola Penggunaan Obat pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Menahun Eksaserbasi yang Menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit Katolik Santo Vincentius A Paulo Surabaya Periode Juli 2005-Juni 2006. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
F_2243_Abstrak.pdf Download (299kB) | Preview |
Abstract
Telah dilakukan suatu penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif cross-sectional yang bersifat retrospektif mengenai "Pola Penggunaan Obat pada Pasien PPOM Eksaserbasi yang Menjalani Rawat Inap di RSK St Vincentius A Paulo Surabaya Periode Juli 2005-Juni 2006". Tujuan penelitian adalah untuk melihat (1) karakteristik pasien meliputi jenis kelamin, kelompok usia, riwayat merokok dan penyakit penyerta, (2) profil golongan dan jenis obat PPOM, (3) kesesuaian pemilihan bronkodilator, kortikosteroid dan antibiotik dengan pedoman terapi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) 2004. Untuk tujuan pertama dan kedua, pengamatan dilakukan terhadap 96 pasien. Hasil yang diperoleh adalah jenis kelamin terbanyak: laki-laki (82,3%), kelompok usia terbanyak: 71-80 tahun (39,6%), riwayat merokok terbanyak: positif (43,8%) dan penyakit penyerta terbanyak: infeksi (27,9%). Untuk tujuan kedua, profil golongan dan jenis obat PPOM dilihat dengan dua cara yaitu berdasarkan total jumlah obat dan berdasarkan peresepan terhadap masing-masing pasien. Total jumlah obat PPOM yang diresepkan adalah 569 obat dengan persentase tiap golongan: bronkodilator 35,9%, antibiotik 32,5%, mukolitik 17,2%, kortikosteroid 12,1% dan ekspektoran 2,3%. Apabila dilihat berdasarkan masing-masing pasien, hasilnya adalah antibiotik (94 pasien), bronkodilator (80 pasien), mukolitik (71 pasien), kortikosteroid (60 pasien) dan ekspektoran (13 pasien). Bronkodilator terbanyak: kombinasi beta-2 agonis dan aminofilin (19 pasien; 23,75%) serta kombinasi beta-2 agonis, ipratropium dan aminofilin (19 pasien; 23,75%), kortikosteroid terbanyak: metilprednisolon (29 pasien; 48,3%), golongan antibiotik tunggal terbanyak: sefalosporin generasi III (13 pasien; 34,3%), golongan antibiotik majemuk terbanyak: kuinolon respirasi-sefalosporin generasi III (13 pasien; 23,2%), mukolitik dan ekspektoran terbanyak adalah bromheksin (36 pasien; 50,70%) dan guaifenesin (13 pasien; 100%). Kesesuaian pemilihan yang dilihat adalah jenis dan rute pemberian bronkodilator, jenis dan rute pemberian kortikosteroid dan jenis antibiotik. Untuk golongan bronkodilator (n=80) terdapat 26 pasien (32,5%) yang masuk kategori tidak sesuai, untuk golongan kortikosteroid (n=60) terdapat 11 pasien (18,3%) yang masuk kategori tidak sesuai dan untuk golongan antibiotik (n=22) terdapat 8 pasien (36,4%) yang masuk kategori tidak sesuai dengan pedoman terapi PDPI 2004. 4
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | PPOM eksaserbasi, karakteristik pasien, profil obat PPOM, pedoman terapi PDPI 200 |
Subjects: | R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
Divisions: | Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy |
Depositing User: | Eko Wahyudi 197013 |
Date Deposited: | 07 Apr 2016 08:23 |
Last Modified: | 07 Apr 2016 08:24 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/27392 |
Actions (login required)
View Item |