Santoso, Moch. Agung (2006) Studi Kelayakan Mendirikan Usaha Budidaya Sarang Burung Walet dengan Metode Gedung Walet Bintang Lima di Semarang. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
TM_2775_Abstrak.pdf Download (68kB) | Preview |
Abstract
Di habitat alaminya, wale! tinggal di gua-gua pantai berkarang yang teljal atau tebing bukit yang curam. Lokasi yang seperti itu menimbulkan beberapa kesulitan, terutama dalam pengelolaan dan pemanenan. Dengan memperhatikan faktor habitat, kebiasaan hidupnya, dan kesulitan cam memanen sarang walet maka manusia mulai memikirkan cam yang tepa! untuk membudidayakan walet di dalam rumab. Kondisi rumab walet diupayakan semirip mungkin dengan kondisi gua di alam, sehingga wale! mau tinggal di dalamnya. Bagi pengusaba, upaya memindahkan habitat walet dari gua ke rumah terutama karena tergiur harga sarang walet yang mabal, pengelolaan yang lebih mudab, kualitas sarang yang dihasilkan lebih bagus, dan keamanan lebih teljamin. Selain itu, rumah walet laku dijual dan harganya tinggi bila sudab berproduksi. Agar rumab walet dapat berfungsi dengan produktif maka dibuat dengan kondisi ideal. Rumab walet semacam ini dikenal dengan nama gedung walet bintang lima. Dengan melihat keadaan tersebut di atas, investasi atas usaba tersebut dapat menjadi sebuah keputusan yang tepa!. Namun tanpa adanya sebuah studi kelayakan yang benar, investasi tersebut dapat menjadi sebuah keputusan yang salab. Oleh karena itu diperlukan adanya sebuah studi kelayakan yang benar terhadap usaba tersebut. Pada aspek pasar, perhitungan pasar potensial menggunakan data volume ekspor sarang burung wale! dari BPS. Dari perhitungan ini, investor ingin memproduksi sarang burung walet minimum sebanyak 5 % dari pangsa pasar Semarang. Pada aspek teknis, lokasi untuk usaba budidaya sarang burung walet ini telab dipilih oleh investor di Jalan Kramat, Kampung Pecandon no I Kabupaten Semarang, Jawa Tengab. Lokasi ini dipilih karena memilik:i makro habitat yang bagus (daya dukung pakan yang sangat menunjang) dan juga karena tennasuk daerab hunian wale! (terdapat lebih dari lima rumab burung walet dalam radius ± I km). Berdasarkan perhitungan, perencanaan produksi yang diinginkan investor yaitu minimum sebesar 165 kg/tahun. Temyata hal tersebut dapat dipenuhi pada tahun IV periode II horison perencanaan, besarnya kapasitas produksi riil adalab sebesar 162,3 kg. Kapasitas produksi untuk periode-periode berikutnya adalab 162,3 kglenam bulan sehingga kapasitas produksi per tahun adalab 324,6 kg. Pada aspek manajemen, modal untuk usaba budidaya sarang burung wale! ini seluruhnya berasal dana pribadi investor. Hal ini karena investor sudab memiliki satu rumab walet sebelumnya sehingga memilik:i cukup pengalaman untuk mengembangkan rumab seriti yang akan dijadikan gedung walet bintang lima. Pada aspek keuangan, dengan nilai TPC sebesar Rp. 394.298.400,00 dan nilai MARR sebesar 15,5 % diperoleh NPV sebesar Rp. 3.529.078.731,00. Nilai IRR yang diperoleh adalab sebesar 108,56%. Hasil Discounted Payback Period adalab 2,47 tahun. Sedangkan dalam analisis BEP, titik impas pada tahun pertama horison perencanaan (2006) teljadi pada saat produksi sarang mencapai 4,32 kg dan titik impas mengalami penurunan menjadi 3,26 kg pada tahun 2007 sampai dengan tahun-tahun berikntnya. Berdasarkan pada analisis sensitivitas, usaba ini masih layak didirikan jika harga dan tingkat penjualan mengalami penurunan tidak lebih dari 90,90 %.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Industrial Engineering |
Depositing User: | Masyhur 196042 |
Date Deposited: | 14 Mar 2017 06:50 |
Last Modified: | 14 Mar 2017 06:50 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/29110 |
Actions (login required)
View Item |