Setiawati, Mayke (2004) Pengukuran Kinerja dengan Menggunakan Metode Modified Balanced Scorecard di PT. Bank Perkreditan Rakyat Bintang Tulungagung. [Undergraduate thesis]
Preview |
PDF
TM_2177_Abstrak.pdf Download (89kB) | Preview |
Abstract
PT. BPR Bintang Tulungagung merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan yang merupakan bank perkreditan. Agar dapat bertahan dan bersaing di era _globalisasi, PT. BPR Bintang Tulungagung perlu melakukar pengukuran kinerja perusahaannya. Selama mi penguku~an yang telah dilakukan adalah pengukuran tentang kesehatan bank yang telah ditetapkan oleh Bank lndonesta, tetapt tidak mengukur dalam aspek non finansialnya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kinerja secara terintegrasi menggunakan metode Balanced Scarecard yang mencakup empat perspektif . . . . Metode Balanced Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kme!Ja yang menuhk1 4 sudut pandang dalam pengukurannya, yaitu financial, customer, internal busines process, dan learning and growth. Balanced Scorecard merupakan metode pengukuran kinerja yang menghubungkan visi. misi. dan strategi perusahaan sehingga dapat sesuai dengan kondisi perusahaan. Balanced Scorecard memthkt beberapa kelemahan sehingga perlu dimodifikasi dengan matriks SWOT, AHP dan diintegrasikan dengan metode Quality Function Deployment (QHJ). Matriks SWOT digunakan sebagai dasar penyusunan strategi yang akan diturunkan menjadi key pe~formance indicator (KI'I) pada tiap perspektif Pada perspektif finansial tolok ukur yang digunakan PT. BPR Bintang Tulungagung yaitu. Capital Adequacy Ratio (CAl<). Kualitas Aktiva Produktif (KAP). PPAP, l<etum On Assets (ROA), Behan Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BO/PO). Cash Ratio (CR). dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Pada perspektif pelanggan, tolok ukur yang digunakan adalah kenaikan tabungan, kenaikan deposito, kenaikan kredit, customer retention, jumlah komplain nasabah, dan percelllage of new customer. Pada perspektif proses bisnis internal PT. BPR Bintang Tulungagung menggunakan tolok ukur Non Performing Loans (NPL). lama proses kredit, kecepatan pelayanan teller, peningkatan teknologi informasi, peningkatan jumlah cabang, tingkat kesalahan layanan, dan tingkat kebobolan Sedangkan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, tolok ukur yang digunakan adalah employee turnover, ahsenteism, keluhan karyawan, dan jumlah training. U otuk masing-masing tolok ukur tersebut ditentukan target yang diperoleh dari data 2 tahun terakhir. Tolok ukur tersebut juga akan diberi bobot kepentingan dengan menggunakan metode Pair Comparison agar dapat meminimasi subjektivitas. Dari hasil penelitian, diperoleh hasil kinerja keseluruhan PT. BPR Bintang Tulungagung pada tahun 2001 adalah 3,3223 (baik) dengan nilai kinerja masing-masing perspektif adalah 4 (baik) untuk perspektif finansial, 3, 1544 ( cukup baik) untuk perspektif pelanggan, I, 94 73 (jelek) untuk perspektif proses bisnis internal, dan 3,2299 (cukup baik) untuk perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan untuk tahun 2002, kinerjanya adalah 3,5301 (baik) dengan nilai kinerja masing-masing perspektif adalah 4 (baik) untuk perspektif finansial, 3,4217 (baik) untuk perspektif pelanggan, 2,7942 (cukup baik) untuk perspektif proses bisnis internal, dan 3,2299 (cukup baik) untuk perspektifpembelajaran dan pertumbuhan. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut, ditetapkan inisiatif perbaikan terhadap tolok ukur yang tidak mengalami perubahan pac;la tahun 2002 dan tolok ukur yang sudah meningkat namun masih dalam kategori jelek dan cukup baik, yaitu jum1ah komplain nasabah, percentage lif new customer, non performing loans, peningkatan teknologi informasi, peningkatan jumlah cabang, tingkat kesalahan layanan, keluhan karyawan, dan absenteism. Melalui Matriks House of Quality lnisiatif Perbaikan pada Quality Function Deployme/11 (QFD) diperoleh inisiatif yang memiliki tingkat kepentingan di atas rata-rata (5,5556%) sebanyak 7 inisiatif perbaikan. Selanjutnya dibuat Matriks Divisi sehingga dapat diketahui divisi yang paling berpengaruh terhadap inisiatif perbaikan tersebut yaitu divisi operasional (35,9151%), divisi kredit (35,0273%). dan divisi non operasional (29,0577%). Langkah terakhir adalah menentukan action plan yang . harus dilakukan oleh tiap divisi guna memperbaiki tolok ukur tersebut secara terinci pada Matriks Action Plan. Dari action plan yang dibahas, terdapat 3 action plan yang belum terealisasi. Yaitu memperbaiki prosedur pemberian kredit agar dapat selesai tepat waktu, meningkatkan sistem pelayanan, dan mengikutsertakan karyawan apabila ada model pelatihan yang baru. Perbaikan yang dilakukan dari memperbaiki prosedur pemberian kredit agar dapat selesai tepat waktu yaitu dengan memperbaiki sistem informasi tahap permohonan kredit, perbaikan untuk meningkatkan sistem pelayanan yaitu dengan menyebarkan kuesioner. Dari basil kuesioner, didapatkan suatu tingkat kepentingan nasabah yang tinggi namun kepuasan rendah, yaitu kecepatan kasir, bunga ynag diberikan, bonus bunga, program restrukturisasi kredit, dan keluhan nasabah bank dapat menyelesaikan dengan baik. Dari hasil kuesioner tersebut, maka dilakukan perbaikan-perbaikan guna meningkatkan kepuasan nasabah. Perbaikan untuk mengikutsertakan karyawan apabila ada model pelatihan yang baru yaitu dengan memanggil biro jasa konsultan atau jasa training.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Subjects: | H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management |
Divisions: | Faculty of Engineering > Department of Industrial Engineering |
Depositing User: | Masyhur 196042 |
Date Deposited: | 04 Jul 2018 06:44 |
Last Modified: | 04 Jul 2018 06:44 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/32616 |
Actions (login required)
View Item |