Yunani, Ratna (2003) Pola Penggunaan Antimikroba pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap di Rumah Sakit Katolik Santo Vincentius A Paulo Surabaya Pada Tahun 2001. [Undergraduate thesis]
Full text not available from this repository. (Request a copy)Abstract
Telah dilakukan penelitian mengenai Pola Penggunaan Antimikroba Pada Penderita infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya. Pengamatan dilakukan terhadap rekam medik dan data pemeriksaan laboratorium penderita pada tahun 2001. Jumlah penderita yang memenuhi kriteria ISK adalah sebanyak 140 penderita. variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah kelompok umur yang terbanyak menderita ISK, jenis kelamin penderita ISK terbanyak, jenis kuman penyebab ISK, kesesuaian pemberian antimikroba oleh dokter kepada penderita ISK dengan hasil uji kepekaan kuman, jenis pengobatan tunggal/ majemuk yang paling banyak digunakan, golongan antimikroba tunggal / majemuk yang paling banyak digunakan dan jenis antimikroba tunggal / majemuk yang paling banyak digunakan, serta rata-rata lama perawatan penderita ISK. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : kelompok usia yang paling banyak menderita ISK adalah kelompok bayi dengan umur 0-<1 tahun (15,00 %) dan perempuan (53,57 %) lebih banyak menderita ISK daripada penderita laki-laki (46,43%). Jenis kuman patogen penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-negatif(84,29 %). Terapi pada penderita ISK dengan menggunakan antimikroba sebanyak 94,29% dan terapi pada penderita ISK tanpa menggunakan antimikroba sebanyak 5,71%. Jenis terapi antimikroba terbanyak adalah terapi antimikroba tunggal ( 61,60 % ). Golongan antimikroba tunggal terbanyak yang digunakan untuk terapi penderita ISK adalah antibiotika turunan sefalosporin, diikuti oleh antibiotika turunan penisilin, dan antibiotika turunan quinolon. Golongan antimikroba majemuk terbanyak yang digunakan untuk terapi penderita ISK adalah kombinasi dari sulfametoksazol dan trimetoprim (kotrimoksazol), diikuti oleh kombinasi sefalosporin dan quinolon. Pemberian antimikroba baik tunggal maupun majemuk kepada penderita ISK sebelum dan setelah hasil pemeriksaan kultur urine selesai ternyata banyak yang tidak sesuai dengan hasil uji kepekaan kuman karena belum dilakukan uji kepekaan kuman terhadap antimikroba yang diberikan tersebut. Jenis antimikroba tunggal terbanyak yang diberikan kepada 132 penderita ISK adalah sefotaksim, diikuti oleh siprofloksasin, ampisilin dan seftazidim. Jenis antimikroba majemuk terbanyak yang diberikan kepada 132 penderita ISK adalah kombinasi dari sulfametoksazol dan trimetoprim (kotrimoksazol). Bila dilihat dari jenis kelaminnya, rata-rata lama perawatan penderita ISK laki-laki (16,09 hari) lebih besar dari penderita ISK perempuan (14,64 hari) sedangkan rata-rata lama perawatan tiap penderita ISK adalah 15,31 hari.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Subjects: | R Medicine > RS Pharmacy and materia medica |
Divisions: | Faculty of Pharmacy > Department of Pharmacy |
Depositing User: | Eko Wahyudi 197013 |
Date Deposited: | 18 Jan 2014 02:04 |
Last Modified: | 18 Jan 2014 02:04 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/4073 |
Actions (login required)
View Item |