Hiperlaktatemia pasca CABG: Laporan Kasus

Wardhana, Ardyan Prima and Kurniawaty, Juni (2024) Hiperlaktatemia pasca CABG: Laporan Kasus. In: 8th Indonesian Association Cardiovascular Anesthesiologists (IACA), 14-15 Desember 2024, Semarang, Indonesia. (Submitted)

[thumbnail of Ardyan Wardhana-Poster hiperlaktatemia.jpg]
Preview
Image (JPEG)
Ardyan Wardhana-Poster hiperlaktatemia.jpg

Download (9MB) | Preview
[thumbnail of Ardyan Wardhana - Poster hiperlaktatemia.pdf] PDF
Ardyan Wardhana - Poster hiperlaktatemia.pdf - Presentation

Download (1MB)

Abstract

Tujuan: Dalam laporan kasus ini, kami menyajikan tiga pasien yang mengalami hiperlaktatemia dengan karakteristik berbeda setelah menjalani operasi CABG, dengan fokus pada faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi ini. Penyajian Kasus: Pasien pertama, laki-laki berusia 65 tahun, menjalani CABG untuk mengatasi CTO di LAD dan RCA. Pasien kedua, juga laki-laki 65 tahun, menjalani CABG dengan indikasi LM disease dan CTO di RCA. Pasien ketiga, laki-laki berusia 69 tahun, menjalani CABG untuk CTO di ostial LM. Pasien pertama dan kedua menunjukkan stabilitas hemodinamik di ICU dengan dukungan dobutamin dan nitrogliserin, sementara pasien ketiga memerlukan norepinefrin, epinefrin, dan pacing karena hemodinamik yang tidak stabil. Durasi CPB dan waktu aortic cross�clamp disajikan di Tabel 1. Diskusi: Ketiga pasien tidak mengalami hiperlaktatemia > 4 mmol/L selama prosedur CPB dan pasca-weaning, tetapi mengalami hiperlaktatemia immediate-onset hyperlactatemia (IHL) yang dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas (tabel 2). 1–3 IHL dilaporkan sebanyak 17%, terutama pada pasien dengan durasi CPB dan aortic cross-clamp yang lebih lama.4 Ketiga pasien mengalami hiperlaktatemia 4-12 jam pasca operasi, dikenal sebagai late-onset hyperlactatemia (LHL). Pasien pertama dan ketiga mengalami hiperglikemia, sedangkan pasien kedua mengalami puncak laktat tertinggi di jam ke-12 tanpa peningkatan glukosa. LHL sering terjadi akibat laktat tipe B yang dipicu oleh respons inflamatorik dan stres metabolik pasca operasi,5,6 serta dikaitkan dengan resistensi insulin yang meningkatkan produksi laktat dan hiperglikemia.2,7 LHL umumnya kembali normal dalam 12-24 jam, serta tidak menyebabkan penurunan base excess yang signifikan seperti pada pasien pertama.8,9 Pasien ketiga mengalami lonjakan laktat yang sangat tinggi 4 jam pasca operasi (Gambar 1), kemungkinan dipicu oleh pemberian epinefrin,2,10 yang tidak terkait dengan luaran buruk melainkan tanda cadangan metabolik yang cukup.11 Simpulan: Hiperlaktatemia pasca operasi jantung dapat disebabkan oleh hipoperfusi, respons inflamasi, dan efek epinefrin, sehingga peningkatan laktat tidak selalu menandakan hipoksia jaringan.

Item Type: Conference or Workshop Item (Poster)
Subjects: R Medicine > R Medicine (General)
Depositing User: ARDYAN PRIMA WARDHANA
Date Deposited: 17 Dec 2024 02:53
Last Modified: 17 Dec 2024 02:53
URI: http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/47511

Actions (login required)

View Item View Item