Maharani, I Gusti Ayu Yulia (2004) Makna Kematian Dan Sikap Terhadap Kematian Pada Suku Bali Di Desa Pengastulan, Buleleng. [Undergraduate thesis]
Full text not available from this repository. (Request a copy)Abstract
Kematian adalah kejadian biologis yang tidak dapat dihindarkan dan akan menimpa semua makhluk hidup. Kematian merupakan misteri bagi makhluk hidup. Masyarakat Bali menempatkan peristiwa kematian sebagai hal yang sangat penting dalam hidupnya. Adanya ritual-ritual upacara keagamaan dan kepercayaan yang melekat dalam budaya Bali, membuat masyarakat Bali memaknakan kematian sebagai suatu penyempurnaan. Pada kenyataannya, kebanyakan manusia seringkali merasa belum siap mental dalam menghadapi kematian, bahkan menolaknya. Penolakan terhadap kematian seringkali terjadi pada individu usia muda, karena terjadinya kematian mengakibatkan kehilangan sahabat, keluarga, karier, cinta, cita-cita hidup, dan pengalaman hidup. Namun pada individu usia tua cenderung menerima kematian sebagai bagian dari kehidupan sehingga bersikap pasrah dan tenang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh budaya dan nilai-nilai agama terhadap makna kematian yang dihayati oleh individu dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku. Kalish (1976) mengemukakan empat hal dalam mengungkap makna kematian, yaitu kematian sebagai pengelola waktu, kematian sebagai kehilangan, kematian sebagai hukuman, dan kematian sebagai transisi. Sedangkan Azwar ( 1997) membagi sikap dalam tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognisi, afeksi dan konasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data-data hasil wawancara dan observasi akan dianalisis secara kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semua subjek memaknakan kematian sebagai pengelola waktu, sebagai suatu transisi dan sebagai suatu penyempurnaan. Hanya pada subjek usia muda yang memaknakan kematian sebagai suatu kehilangan. Nilai-nilai agama dan budaya Bali mempengaruhi subjek dalam menyikapi suatu kematian. Para subjek dapat menerima kematian dengan pasrah dan berusaha berperilaku positif dengan cara berdoa, berbuat baik dan membaca buku-buku keagamaan sebagai bekal untuk menghadapi kematian. Pemahaman kognisi bahwa manusia pasti mati, tidak otomatis melahirkan sikap mental menerima kematian, karena kematian dianggap sebagai suatu penghancuran atau malapetaka. Hal tersebut terjadi pada subjek usia muda. Pada dasarnya semua subjek mampu bersikap pasrah dan damai menghadapi kematian apabila sudah menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai manusia. Dalam arti sudah melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua bagi anak-anaknya.
Item Type: | Undergraduate thesis |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology |
Divisions: | Faculty of Psychology > Department of Psychology |
Depositing User: | Eko Wahyudi 197013 |
Date Deposited: | 21 Feb 2014 07:57 |
Last Modified: | 21 Feb 2014 07:57 |
URI: | http://repository.ubaya.ac.id/id/eprint/8043 |
Actions (login required)
View Item |